A. Pendahuluan
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dijadikan panduan dalam pengembangan
sekolah akan segera diganti dengan kurikulum yang sekarang lazim disebut Kurikulum 2013. Banyak kontroversi yang menyertai
diberlakukannya kurikulum 2013 salah satunya adalah penerapan pembelajaran
Tematik, pembelajaran tematik yang pada KTSP diterapkan di kelas rendah yaitu
kelas I – III, sedangkan Kurikulum 2013 akan
diterapkan untuk semua tingkatan yaitu dari kelas I – VI.
Banyaknya
kontroversi yang terjadi Kemendikbud tetap bergeming untuk memberlakukannya
mulai pada Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dari banyak pertanyaan terkait
penerapan tematik disemua tingkatan di Sekolah Dasar (SD) Kemendikbud punya
alasan seperti yang telah disampaikan dalam uji publik kurikulum 2013, antara
lain sebagai berikut :
- Hasil penelitian menunjukan bahwa anak melihat dunia sebagai suatu kebutuhan yang terlihat bukan penggalan- penggalan yang terlepas dan terpisah.
- Mata pelajaran-mata pelajaran Sekolah Dasar dengan definisi kompetensi yang berbeda mengahsilkan banyak keluaran yang sama.
- Keterkaitan satu sama lain antar mata pelajaran Sekolah Dasar menyebabkan keterpaduan konten pada berbagai mata pelajaran dan arahan bagi siswa untuk mengaitkan antar mata pelajaran akan menghasilkan hasil pembelajaran siswa.
- Fleksibilitas pemanfaatan waktu dan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa.
- Menyatukan pemebelajaran siswa untuk konfergensi pemahaman yang diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran.
- Merefleksikan dunia nyata yang dihadapi anak di rumah dan di lingkungannya.
- Selaras dengan cara anak berpikir di mana hasli penelitian otak mendukung teori pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal dan mengolah dan merangkumnya menjadi satu sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan bagaimana otak anak mengolah informasi.
Tertarik dari hal-hal tersebut di atas
sambil mengingatkan kembali pemahaman para pengajar di Sekolah Dasar, maka dengan
ini penulis uraikan apa, mengapa, dan bagaimana
pembelajaran tematik.
B.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Sesuai
dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep
belajar, dan pembelajaran bermakna maka kegiatan pembelajaran bagi siswa Sekolah
Dasar sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.
Pembelajaan
tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta,
1983).
Pembelajaran
tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan
materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.
Sutirjo
dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi
kurikulum.
Di
samping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang
lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
C.
Penerapan Pembelajaran Tematik.
Dalam
menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan yaitu: (1)
bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa
menemukan tema, dan (3) efisiensi.
Agar diperoleh gambaran yang jelas penulis diskripsikan ketiga prinsip sebagai berikut :
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan,
maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa
atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2. Bentuk
belajar harus dirancang agar siswa menemukan tema.
Agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh
untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus
mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk
mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan
dialami siswa.
3.
Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu,
beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat
mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
Menurut
Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu: (1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan
kebutuhan peserta didik, (2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar
mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik,
(3) hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4)
mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi, (5) menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki
sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain, (7)
menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam
lingkungan peserta didik.
Dengan tema
diharapkan akan memberikan keuntungan,
di antaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
(2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi
siswa, (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) siswa lebih bergairah belajar
karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu
kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain,
(7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat
dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.
Selain
memiliki kelebihan, pembelajaran tematik juga terdapat beberapa kelemahan yang ditimbulkannya. Adapun
kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal,
misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema
sehingga guru akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok
setiap mata pelajaran dan tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum
dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
Mencermati perihal di atas, guru
dituntut untuk memiliki kompetensi dan keterampilan dalam melakukan perencanaan
dan pengelolaan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar
merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru dan pemahamannya oleh guru belum
mendalam, sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Hal
ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif
tentang pembelajaran tematik ini.
Di samping
itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang
penyajiannya berdasarkan mata pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah
Dasar pada saat ini difokuskan pada kelas awal yaitu kelas I, II, dan III atau
kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun
sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas.
Kita tunggu
saja mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 pembelajaran tematik akan diberlaukuan sejak kelas
I hingga kelas VI, semoga tidak ada hambatan. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar